Bahaya Borak dan Formalin dalam Bakso

Bahaya Borak dan Formalin dalam Bakso

By Pejuang Halal Makassar

Bakso

Dikalangan pecinta bakso, adanya kabar mengenai penggunaan bahan non pangan pada produk bakso membuat konsumen jadi ragu. Pasalnya, bahan tersebut memberikan berbahaya jika dikonsumsi. Bagaimana cara mengenali bakso yang aman dan halal?

Bahan tambahan makanan (food additives) adalah senyawa atau campuran senyawa kimia yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan (non bahan tambahan makanan) namun oleh masyarakat dijadikan bahan tambahan makanan. Dan ini merupakan salah satu masalah mental masyarakat.

Saat membeli bakso mentah ataupun siap santap, perhatikan warnanya. Bakso yang baik umumnya berwarna coklat muda cerah ataupun sedikit kemerahan dan warnanya merata. Bakso yang baik juga tak berbau aneh seperti tengik, asam, basi, ataupun busuk.

Untuk mendapatkan bakso yang benar halal, pastikan gerai bakso yang Anda kunjungi memiliki sertifikat halal. Jika membeli bakso yang siap olah, pastikan juga tertera logo halal dari badan sertifikasi terpercaya pada kemasannya. Perhatikan juga tanggal produksi serta tanggal kadaluarsanya. Agar lebih terjamin, membuat bakso sendiri juga menjadi opsi yang efektif. Dagingnya bisa dipilih sendiri dan dibeli di tempat yang khusus menjual daging berlabel halal. Dengan membuat sendiri, tentu Anda bisa memastikan semua bahan yang digunakan aman dan dijamin halal.

Salah satu yang membuat kita ngeri ketika membeli bakso adalah, banyaknya ulah pedagang nakal ketika membuat bakso, salah satunya mencampurkan bahan kimia seperti borak dan formalin ke olahan baksonya. Berikut, kami berikan informasi tentang ciri-ciri bakso yang mengandung borak dan formalin.

Berikut Ciri-Ciri Bakso Yang Mengandung Boraks Dan Formalin :

  • Bakso lebih kenyal.
  • Bakso menjadi lebih awet dan tahan lama meski disimpan hingga beberapa hari.
  • Memiliki warna putih pucat baik dari luar maupun bagian dalamnya.
  • Apabila digigit maka bakso kembali ke tekstur semula.
  • Ambillah bakso yang belum tercampur dengan kuah, ciumlah baunya. Bakso yang mengandung kedua zat tersebut memiliki bau yang yang tidak seperti bau daging pada umumnya.
  • Bakso yang mengandung ke2 zat berbahaya tersebut bila jatuh kelantai maka akan memantul tinggi seperti bola bekel.

Boraks merupakan kristal lunak lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks merupakan garam Natrium Na2 B4O7 10H2O yang banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan campuran boraks.

Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk gendar, atau kerupuk puli yang secara tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”. Disamping itu boraks digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah, lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap.

Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu alat reproduksi pria.

Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan.

Pemakaian boraks untuk memperbaiki mutu bakso sebagai pengawet telah diteliti pada tahun 1993. Di DKI Jakarta ditemukan 26% bakso mengandung boraks baik di swalayan, pasar tradisional dan pedagang makanan jajanan. Pada pedagang bakso dorongan ditemukan 7 dari 13 pedagang menggunakan boraks dengan kandungan boraks antara 0,01 – 0,6 %

Selain itu digunakan tawas yang dilarutkan dalam 2 gram/liter air tersebut digunakan untuk merebus bakso untuk mengeringkan dan mengeraskan permukaan bakso. Beberapa pengolah bakso menggunakan TiO2 yaitu zat kimia yang disebut Titanium dioksida untuk menghindari warna bakso yang gelap.

“Sedangkan formalin” adalah nama dagang formaldehida yang dilarutkan dalam air dengan kadar 36 – 40 %. Formalin biasa juga mengandung alkohol 10 –15 % yang berfungsi sebagai stabilator supaya formaldehidnya tidak mengalami polimerisasi.

Formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia, dengan gejala : sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, depresi susunan syaraf dan gangguan peredaran darah. Injeksi formalin (suntikan) dengan dosis 100 gram dapat menyebabkan kematian dalam waktu 3 jam.

Selain bakso ,Tahu merupakan produk pangan yang sering direndam formalin. Tahu yang tidak direndam formalin hanya bertahan 1 – 2 hari saja kemudian berlendir. Sedangkan yang direndam formalin akan bertahan 4 – 5 hari bahkan bisa sampai 1 bulan dalam kadar tertentu.

Formalin juga bahan kimia yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri tekstil serta kayu lapis. Kedua zat kimia ini sering salah dimanfaatkan oleh para penjual bakso untuk mendapatkan kentungan yang lebih.

Boraks dan formalin bila dikonsumsi manusia bisa menyebabkan gangguan pada susunan syaraf, gangguan pencernaan, konvulsi, depresi, rambut rontok dan yang paling berbahaya adalah bisa menyebabkan kanker.

Jadi berhati-hatilah ketika membeli bakso, pastikan membeli bakso dari warung makan yang sudah ber SH MUI atau dari pedagang yang bisa Anda percaya.

Jazakumullaahu khairan.

Leave a comment